Kamis, 15 Mei 2008

JADILAH DIRIMU!!!

Sejak kecil, kita sudah sering ditanyai tentang cita-cita. Ya, cita-cita. Mengapa? Karena dengan cita-cita, dengan mempunyai impian, kita menjadi bersemangat dalam menjalani kehidupan, kita menjadi tahu apa tujuan kita belajar. Namun, seiring waktu, cita-cita terkadang suka berganti-ganti. Saat SD, ingin menjadi dokter; saat SMP ingin menjadi guru; saat SMA ingin menjadi ilmuwan; saat kuliah, ingin menjadi dosen. Namun akhhirnya, tidak jarang yang memiliki profesi yang sangat jauh dengan cita-citanya. Ada yang pekerjaannya jauh lebih baik dibanding cita-citanya, namun tidak sedikit juga yang sebaliknya.
Untuk apa kita mempunyai cita-cita? Agar mempunyai tujuan hidup yang jelas. Agar tahu jalan mana yang harus ditempuh. Kemana harus melangkah. Kata Thomas Carlyle, “Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus.”
Kita juga bisa memetik hikmah dari novel tetralogi Laskar Pelangi, dimana tokoh-tokohnya, yaitu Arai dan Ikal, mempunyai mimpi, yang akhirnya menjadi pelecut dalam kehidupan mereka untuk mewujudkan mimpi itu. Dan akhirnya, mimpi itu terwujud! Mimpi yang secara realistis sangat mustahil untuk diwujudkan oleh orang-orang dengan latar belakang seperti mereka! Kita dapat ikut merasakan kuatnya kekuatan mimpi mereka, seperti yang diceritakan dalam Sang Pemimpi (Hirata,
2006: 272) sebagai berikut:
Hari ini seluruh ilmu umat manusia menjadi setitik air di atas samudera pengetahuan Allah. Hari ini Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya, dan miliaran bintang-gemintang yang berputar dengan eksentrik yang bersilangan, membentuk lingkaran episiklus yang mengelilingi miliaran siklus yang lebih besar, berlapis-lapis tak terhingga di luar jangkauan akal manusia. Semuanya tertata rapi dalam protokol jagad raya yang diatur tangan Allah. Sedikit saja satu dari miliaran episiklus itu keluar dari orbitnya, maka dalam hitingan detik semesta alam akan meledak menjadi remah-remah. Hanya itu kalimat yang menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami…

Jadi, bermimpilah saudaraku dan berjuanglah untuk mimpi itu! Kita memang bukan Andrea Hirata, kita memang bukan Arai, kita bukan Einstein, kita adalah diri kita sendiri! Kita punya mimpi kita sendiri! Jangan hanya melamun, tapi bertindaklah!
Setiap manusia dilahirkan dengan takdirnya sendiri. Kita punya kelebihan dan kekurangan, kita berbeda dari orang lain. Maka, galilah potensi dalam dirimu! Temukan dia! Jangan biarkan dia hanya terpendam. Itulah sebabnya Allah melarang kita mempunyai sifat iri, tidak senang melihat orang bahagia, tidak senang melihat kelebihan orang lain,dan berbagai penyakit hati lainnya. Karena saudaraku, semua itu hanya akan menghancurkan dirimu! Mengapa menghabiskan waktu, pikiran, dan perasaan dengan membenci orang lain? Bisa-bisa penyakit fisik pun bermunculan. Seharusnyalah kita turut bahagia jika ada saudara kita berhasil, jika mereka memeroleh kebaikan-kebaikan dari Allah. Harusnya kita belajar dari orang-orang sukses, belajar dari kegigihan mereka, dan menerapkannya pada diri kita.
Menjadi diri sendiri artinya melihat potensi diri sendiri. Apa yang paling baik untuk kita berdasarkan potensi yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Jika di masa lalu kita banyak berbuat kesalahan, banyak waktu yang sia-sia, marilah sekarang kita memulai lembaran baru. Mengumpulkan spirit baru. Dengan memohon bimbingan dari Allah, tapakilah kehidupan ini dengan senyum, bermimpi, dan bertindaklah!
Tapi Saudaraku, terkadang kita bingung, jalan manakah yang harus ditempuh. Apakah sekarang aku salah jalan?
Saudaraku, aku juga masih dalam tahap pencarian jati diri itu. Saranku, banyak-banyaklah memohon petunjuk pada Allah. Aku ingin hidupku ini bermakna bagi orang lain. Aku ingin hidupku diberkahi Allah. Saudaraku, kita lahir bukan karena kebetulan! Kita lahir dengan izin Allah. Kita lahir sebagai hamba Allah, kita lahir sebagai manusia. Sadarkah kau betapa besarnya tanggung jawabmu? Di dunia maupun di akhirat? Tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Nya. Itu prinsip dasar! Jadi, jadikanlah segala aktivitasmu sebagai ladang amal di sisi-Nya. Bersekolah, kuliah, ikut kursus atau pelatihan dan sebagainya, niatkan untuk belajar, mencari ilmu, semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Mungkin dengan ilmu ini suatu saat kita bisa membantu orang lain, mungkin ilmu yang kita pelajari saat ini bisa kita ajarkan pada orang lain sehingga bisa menjadi amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus selama ilmu itu masih dimanfaatkan orang lain. Janganlah menjadi seperti budak-budak setan yang kuliah hanya untuk mencari gelar sehingga nmereka menghalalkan segala cara. Mereka menyogok, menyontek, membeli gelar, dan segala kebobrokan lainya. Janganlah menjadi seperti mereka yang menyia-nyiakan hidupnya dalam kenistaan, bergelimang maksiat; sex bebas, narkoba, melalaikan ibadah, dan terus mengejar dunia hingga lupa Tuhan, seakan-akan mereka akan hidup selamanya, mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya saja yang ada di kepala mereka. Terlalu sibuk, bahkan untuk sholat lima waktu pun dianggap buang-buang waktu. Sedih. Miris hati ini melihat saudaraku seperti itu. Lupakah mereka akan hari akhir? Betapa sia-sia hidup mereka, karena sesungguhnya mereka meniupu diri mereka sendiri! Marilah saudaraku, mulai hidup baru yang lebih baik.
Jika hari ini, engkau merasa jenuh, maka ingatlah, banyak yang harus kau kerjakan. “Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ ”(At Taubah: 105)

Tentang saya

Citra Meidita, anak bungsu dari tiga bersaudara, dilahirkan di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada tengah malam bulan Ramadhan, 6 Mei 1987. Mempunyai dua kakak lelaki yang telah bekerja, Benny Setiawan dan Paris Sutarjawinata. Saat ini penulis sedang kuliah di Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Gizi – setelah di tahun 2005 sempat menempuh kuliah di Institut Pertanian Bogor (tahun 2006 penulis memilih hengkang dari IPB dan melanjutkan kuliah di Makassar). Penulis yang berdarah Sunda, Jawa, dan Sulawesi, kini tinggal bersama orang tua di kota Makassar.
Di situs ini, penulis ingin berbagi tentang berbagai hal; tentang opini/pemikiran-pemikiran penulis, tentang berbagai ‘pelajaran’ yang penulis anggap penting untuk diketahui, dan berbagai topik lain yang disukai penulis. Penulis berharap, situs ini bisa menjadi ajang berbagi ilmu, saling bertukar pikiran, tempat mencari masukan dari pembaca, dan yang lainnya. Oleh karena itu, masukan dari pembaca sangat penulis harapkan, demi perbaikan yang akan penulis lakukan. Bagi yang ingin mengenal penulis lebih jauh, silakan mengunjungi penulis lewat Friendster, dengan alamat e-mail: citra.meidita@gmail.com.
Penulis sangat suka membaca, demi mencari pengetahuan, pengalaman dari orang lain, dan refreshing dari rutinitas tentunya. Penulis senang membaca buku-buku agama (utamanya karangan ulama salaf), buku-buku berbau psikologi, kesehatan, biografi, teknologi (walaupun suka nggak ngerti), dan bacaan lainnya yang penulis anggap penting untuk menambah wawasan. Terkadang membaca novel (suka dengan novel yang membangun dan memberikan pencerahan).