Minggu, 27 Juli 2008

KICK ANDY OFF AIR

KICK ANDY OFF AIR
“INDAHNYA BERBAGI”

Jumat, 11 Juli 2008 (14.00-17.00 WITA)
Baruga, Universitas Hasanuddin Makassar

Alhamdulillah, bangga rasanya Kick Andy mau mampir ke Makassar. Dan saya senang sekali menjadi salah seorang dari 4.000 peserta yang mengikuti Kikck Andy Off Air ini. Pendaftaran untuk mendapat tiket masuk gratis dapat dilakukan via website atau dapat langsung mengunjungi sekertariat Metro TV Makassar. Saya sendiri mendapat tiket dari sahabat saya, Astri Choiruni, yang memberikan saya tiketnya karena dia sendiri tidak bisa hadir karena ada urusan lain.

Sebelum jam 2 siang saya sudah tiba di pelataran Baruga Unhas. Ternyata sudah banyak orang yang antri untuk mendapatkan paket merchandise gratis dari panitia. Setelah itu kami pun masuk ke dalam gedung. Sayangnya, saya dapat tempat duduk di daerah tengah. Itu artinya saya hanya akan melihat Andy Flores Noya, dan bintang tamu Kick Andy dalam radius beberapa puluh meter. Iri juga dengan penonton yang duduk di bangku terdepan, hiks.

Keren juga persiapan acara ini. Ada beberapa TV layar datar, ada layar besarnya, grup band lokal, dan tentunya dengan sound system yang bermutu. Lama juga menunggu persiapan panitia di dalam gedung. Andy F. Noya sendiri baru memulai acaranya sekitar pukul 15 lewat. Tema acara ini adalah ”Indahnya Berbagi”. Tidak semua orang mau berbagi. Apalagi jika untuk berbagi itu membutuhkan pengorbanan yang besar. Seperti kisah bintang tamu pertama, Dwi Krismawan dan keluarga. Saat tiga bulan lagi Dwi akan diwisuda menjadi pilot, saat sedang latihan menerbangkan pesawat dengan instrukturnya di daerah sekitar Gunung Gede, Bogor, tiba-tiba pesawat itu mengalami kecelakaan dan terbakar. Tubuh Dwi terbakar selama kurang lebih satu jam. Beruntung Dwi masih bisa diselamatkan dan dilarikan ke rumah sakit. Sayang, beberapa hari kemudian, Dwi dinyatakan meninggal secara medis akibat luka bakar yang dialaminya sangat serius. Ibeth (istri) yang saat itu adalah sahabat Dwi belum mengetahui bahwa Dwi sudah dinyatakan meninggal. Ibeth berdoa dan berjanji kepada Tuhan bahwa jika Dwi diberi kesempatan hidup, maka Ibeth akan bersedia mendampinginya selamanya. Dan percaya atau tidak, saat tubuh Dwi akan dibawa ke kamar jenazah, tiba-tiba saja Dwi bangun. Kontan saja, perawat yang melihatnya pingsan. Saat bangun itu, Dwi menyebut nama Ibeth, perempuan yang dicintainya. Sejak saat itu, Ibeth dengan setia menemani Dwi di rumah sakit, menghadapi berbagai cobaan yang tidak ringan, sampai akhirnya mereka memutuskan menikah. Berkat dukungan moril dan cinta yang tulus dari Ibeth, akhirnya Dwi terus berjuang untuk hidup dan melanjutkan hari-harinya, dan terus menjalani hidupnya seperti manusia lainnya. Kini mereka telah dikaruniai seorang putra.

Bintang tamu kedua adalah Ibu Rabiah (Suster Apung), yang kisahnya pernah di filmkan dalam sebuah film dokumenter dalam kontes Eagle Award dan meraih juara pertama. Saat Ibu Rabiah ini diwawancarai, kebetulan sudah adzan Ashar, jadi saya keluar dari ruangan untuk menunaikan sholat Ashar. Sekembalinya dari sholat, saya sudah ketinggalan banyak, jadi saya tidak bisa menceritakan hasil wawancaranya apa saja. Yang saya tahu, Ibu Rabiah bekerja menjadi suster di kepulauan terpencil, jadi setiap bertugas, beliau harus menggunakan perahu kecil menuju pulau tersebut. Sangat berdedikasi tentu, mengingat beliau telah menolong banyak orang di pulau yang harus ditempuh dengan bersusah payah menuju pulau tersebut, peralatan medis dan obat-obatan yang tidak memadai (seadanya saja), dan gaji yang tidak menjanjikan (tidak ada tambahan gaji yang beliau peroleh dari kerja kerasnya itu). Namun begitu, keikhlasan terpancar dari wajah dan sikap beliau, bahwa beliau ikhlas melakukan pekerjaannya sebaik mungkin selama bertahun-tahun demi rasa kemanusiaan menolong sesama.


Dan bintang tamu ketiga, yang tampil ke podium sekitar jam 4 lewat, adalah penulis yang bukunya telah menjadi best seller, yaitu Andrea Hirata. Sungguh riuh gedung Baruga menyambut kedatangan beliau. Tepuk tangan yang riuh dari penonton membahana. Beberapa penontn maju ke dekat panggung untuk menyalami Andrea dan mengambil foto. Saya sendiri tersenyum dan senang sekali bisa melihat langsung Andrea Hirata, salah satu penulis idola saya. Sudah lama saya memimpikan dapat bertemu langsung dengannya, dan akhirnya hari ini saya benar-benar melihatnya!

Novel Laskar Pelangi sendiri awalnya dibuat oleh Andrea Hirata untuk dijadikan hadiah kepada Ibu Muslimah, guru SD yang sangat dicintainya. Tidak ada niat untuk mengomersilkan buku itu. Sampai salah seorang kawan Andrea membawa buku itu ke penerbit buku, lalu diterbitkan, dan akhirnya cetak ulang terus sampai menjadi best seller. Lalu dibuatlah tetraloginya; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Ketiga novelnya sudah beredar, sementara Maryamah Karpov baru akan dijual ke pasar setelah selesai pemutaran film Laskar Pelangi di bioskop-bioskp Indonesia. Hal ini dilakukan agar ketika masyarakat menonton film Laskar Pelangi, mereka masih bia merasakan euforianya, jadi jangan dulu memikirkan kisah Maryamah Karpov, jadi semacam perjanjian dengan produser filmnya. Filmnya sudah hampir selesai dan Andrea terus dimintai pendapatnya dalam pembuatan film itu agar hasilnya bisa memuaskan. Film yang digarap oleh Riri Reza dan Mira Lesmana itu rencananya akan di-launching sekitar bulan September. Filmnya menarik dan mendapat pujian dari Andrea Hirata, namun memang ada sedikit unsur tambahan yang tidak ada di novel namun ada di filmnya. Mengenai hal ini, Andrea mengatakan agar penonton tidak perlu khawatir karena filmnya akan tetap bagus, pesan intinya akan tetap sampai, seperti yang ada di novel. Namun jika filmnya harus sama persis dengan novelnya, jadi apalah gunanya dibuat film? Tidak seru nantinya. Konon, untuk membuat adegan kisah Lintang dihadang buaya dalam perjalanan ke sekolah pun, buayanya harus dipilih dari beberapa buaya. Jadi memang sangat serius sekali film ini dibuat agar dapat benar-benar berkesan. Wah, penjelasan dari Andrea Hirata ini membuat saya benar-benar penasaran ingin menonton filmnya di bioskop. Kita tunggu saja.

Ada pula penonton yang bertanya mengenai cerita di Laskar Pelangi, apakah benar-benar kisah nyata semua atau dicampur dengan beberapa kisah non-fiksi? Andrea menjawab bahwa novel tetralogi Laskar Pelangi adalah memoar (kisah kehidupan) Andrea yang dibuat menjadi sebuah karya sastra. Percaya atau tidak, benar atau tidaknya kisah itu, biarlah pembaca yang menilai. Biarlah pembaca terbuai dengan kisah-kisah novel itu, mengambil pelajarannya, dan terpuaskan oleh nilai sastranya.

Ohya, mengenai kisah Arai yang tidak diceritakan dalam novel pertama, Laskar Pelangi, adalah karena Arai dan Ikal saat SD dan SMP memang sengaja dipisahkan sekolahnya oleh ayah Ikal, sebab mereka berdua bukan main nakalnya, jadi sekolahnya harus dipisahkan agar tidak membuat ulah di sekolah. Jadilah Arai tidak masuk dalam anggota Laskar Pelangi.

Seru sekali acara Kick Andy itu, dan tidak terasa waktu pun menunjukkan pukul 5 sore. Setelah sebelumnya telah banyak dilakukan pengundian dan pemberian door prize, adanya sesi wawancara dan tanya jawab dengan bintang tamu, akhirnya acara ditutup dengan aksi dari grup band lokal. Penonton pun keluar dari gedung, sementara Andrea Hirata sudah lebih dulu buru-buru diamankan oleh petugas kemanan, keluar dari panggung, takut kalau-kalau ada fans nekad mungkin.

Begitulah acara sore itu. Sunguguh berkesan dan memuaskan tentu. Semoga kapan-kapan ada Kick Andy lagi di Makassar, tapi semoga On Air. Kita lihat saja nanti.