Rabu, 04 Juni 2008

Antivirus Merah Jambu

Entah sejak kapan tepatnya, tapi akhir-akhir ini disaat saya melakukan flashback terhadap perkembangan diri ini, saya mendapat satu kesimpulan penting diantara beberapa catatan penting dalam kehidupan saya. Saya sudah berubah, agak aneh dibanding remaja seusia saya. Di saat remaja lain sedang jatuh cinta, di saat remaja lain freaks banget dengan novel-novel roman, film-film dan lagu bertemakan cinta, saya merasakan hal yang sebaliknya.


Tidak. Saya tidak lesbian atau tidak nafsu lagi dengan pria. Saya hanya sudah sulit lagi untuk jatuh cinta (lagi?). Saya merasa tidak tertarik untuk menjalin hubungan cinta lewat pacaran atau hubungan spesial tanpa stasus sekalipun dengan pria manapun. Menurut saya, itu hanya membuang-buang waktu saja, menambah dosa, dan risikonya bisa patah hati yang sangat menyakitkan bila putus cinta. Saat ini rasanya ada antivirus cinta yang ter-instal di solar plexus-ku (di bagian hati ini). Baguslah, artinya saya bisa menjalankan misiku untuk mencari jodoh tanpa pacaran. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana caranya? Ah, saya yakin pertolongan Allah. Saya juga kan tidak menutup diri dari hadirnya lelaki dalam kehidupan saya. Hanya saja agak menjaga jarak, berhati-hati tepatnya. Berhati-hati dari godaan setan yang bujukannya terkadang sangat melenakkan, membuat manusia mabuk dan lupa akan eksistensinya sebagai hamba Allah yang harus menjauhi maksiat dengan segala macam bentuknya. Saya pun hingga detik ini masih saja merasa banyak dosa meski berusaha menjadi manusia bertakwa, tapi seringkali terkalahkan oleh nafsu dan godaan setan.


Tapi sekarang saya jadi lebih sayang sama teman-teman. Entah kenapa, dibandingkan waktu masih SMA, sejak kuliah sampai sekarang, saya sangat menghargai sekali sebuah pertemanan atau persahabatan. Mulai dari teman-teman IPB tercinta yang masih sering aku rindukan hingga kini, teman-teman di kampusku sekarang, di Unhas, yang selalu mengisi suka-duka kuliah di Makassar, sampai teman-teman lama di Kendari. Saya juga menjalin relasi baru lewat internet, berkenalan dengan orang-orang yang cukup memberi warna dalam hidup ini, menjadi inspirasi, dan saling berbagi informasi. Lewat internet pula, saya bisa terus merajut ukhuwah dengan teman-teman. Itu lebih indah dan nyaman. Saya merasa itu sudah cukup. Tak perlu ada pacaran. Tak perlu dulu menyerahkan segala cinta di hati ini pada orang yang belum tentu dia adalah jodoh saya. Saya hanya merasa bahagia dengan indahnya persahabatan, ketulusan berbagi tanpa tendensi apapun. Keikhlasan dan senyum dalam menjalin hunbungan dengan orang lain didasari kasih sayang sebagai sesama hamba Allah.


Kawan, bila aku melakukan kesalahan, maafkan aku, aku hanyalah manusia biasa yang lemah (dhoif) dan banyak kekurangan. Aku berharap di sisa umur ini aku bisa menjadi manusia yang punya manfaat bagi orang lain dan diridhoi Allah, amin. Wallahu a’lam bis showab.