Rabu, 04 Juni 2008

Get married?

Tanggal 4 April 2008 kemarin, akhirnya aku bisa hang out lagi with my mom. Dari sore sampai lewat jam 9 malam kami keluyuran ke mall. Bukan tanpa tujuan atau cuma sekadar cuci mata nggak karuan, kami pergi buat nyariin kado pernikahan seorang kerabat, ya sekalian aja ke Gramedia, Carefour, dan lainnya. Cukup menyenangkan malam itu karena beberapa pekan belakangan ini, saya cukup sibuk (stres alias jenuh) dengan segala rutinitas dan penyelesaian target-target yang cukup menyita waktu.


Malam itu, tanpa sengaja saya melihat ada ikhwan yang pake celana cungkring alias di atas mata kaki (istilah agamanya, celana yang tidak isbal, yaitu celana yang panjangnya tidak melewati mata kaki) jalan di mall menggandeng seorang wanita. Seperti biasa, aku menundukkan pandangan (ghodhdhul bashor), agar tak bertatapan langsung dengan ikhwan itu, jadi aku hanya melihat kakinya saja. Namun, entah kenapa, saya penasaran ingin melihat celana pria itu lagi, apakah tidak salah pria dengan pakaian seperti itu jalan di mall? (tidak berdosa memang, tapi jarang aja…dan cuma ingin memastikan aja, entah kenapa pula aku suka penasaran..). jadi, saat pria dan wanita gandengannya itu berlalu, aku memutuskan untuk menoleh, rencananya mau melihat ikhwan itu dari belakang, tapi tahukah kau apa yang terjadi? Wanita gandengannya itu menoleh padaku….Masya Allah, dia adalah teman satu bimbingan belajarku dulu saat persiapan SPMB. Setelah bertahun-tahun tak berjumpa, setelah sempat dulu berhubungan lewat surat dan handphone (tapi terputus karena satu dan lain hal), akhirnya Allah mempertemukan kami kembali. Cukup kaget juga, tapi senang tentunya berjumpa lagi dengannya. Ternyata ikhwan yang aku lihat tadi adalah suaminya. Kami pun bertukaran nomor telepon seluler. Pertemuan yang singkat, karena kami berdua buru-buru, insya Allah bisa janjian ketemuan lagi dan terus merajut silaturahmi lagi setelah ini.


Temanku itu adalah wanita shaliha dan sepertinya mendapatkan suami yang sholeh juga. Saya turut bahagia. Ya, dia sudah duluan menikah daripada saya. Nikah muda saat masih kuliah. Entah dengan suaminya beda berapa tahun, tapi sepertinya tidak terlalu jauh sekali rentang umur mereka.


Menikah…well, setiap manusia normal pada umumnya pasti merencanakan menikah, apalagi dengan orang yang dicintai, tentu menyenangkan. Berharap akan mempunyai keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Baiti jannati, rumahku surgaku. Pria mengharapkan mendapat istri sholiha, sebab wanita sholiha adalah sebaik-baik perhiasan dunia, begitu sabda Nabi SAW. Wanita sholiha dapat menjadi ibu yang baik yang akan membesarkan anak-anaknya kelak dengan nilai-nilai ketakwaan, dapat menjadi penyejuk hati bagi suami dan anak-anak, insya Allah. Perempuan pun mengharapkan mendapatkan pria sholih. Yang mengerti dan menjalankan perintah agama dengan taat, yang bisa menjadi ‘imam’ dalam keluarga.


Namun jodoh adalah misteri. Kecantikan atau ketampanan seseorang tidak dapat dijadikan jaminan bahwa ia pun akan mendapatkan jodoh yang setara. Banyak orang yang mempunyai impian menikah dengan tipe bla bla bla...tapi ternyata jodohnya tidak seperti itu. Ada yang berniat ingin menikah di usia sekian tahun, tapi sampai ajal menjemput di usia senja, jodoh itu belum juga datang.


Saya sendiri dulu juga pernah punya target macam-macam, tapi itu dulu waktu masih belum dewasa (jadi sekarang sudah dewasa nih?). Sekarang agak lebih realistis. Masih tetap punya standar, tapi masih dalam tahap wajar dan masuk akal. Untuk masalah beginian, saya paling sering curhat sama mama, biar sekalian minta didoakan agar dapat jodoh yang terbaik dan dimudahkan urusannya oleh Allah plus dapat jodohnya dengan cara yang syar’i alias tidak lewat maksiat dulu (misalnya lewat pacaran). Kapan menikahnya, saya serahkan pada Allah saja. Allah yang Maha Tahu kapan waktu yang tepat bagi saya untuk mulai membina rumah tangga. Yang jelas, pintu rumah saya selalu terbuka untuk pria-pria yang berani melamar, Cuma urusan diterima atau tidak, saya tidak bisa menjamin. Banyak pertimbangan nantinya. Saya sendiri saat ini tidak menargetkan harus menikah setelah selesai kuliah atau kapan. Karena saya perempuan, saya kan tidak wajib punya pekerjaan. Jika ada yang rela punya istri masih kuliah ya silakan saja, hehe...


Ah, tulisan di atas hanya sekadar imajinasi saja, tidak berniat mempromosikan diri saya seperti di biro-biro jodoh. Saya yakin jodoh itu sudah ada, hanya saja saja belum dipertemukan saat ini, belum datang masa itu bagi saya. Di saat-saat penantian ini, saya lebih fokus melihat ’siapakah dan bagaimanakah’ diri saya ini? Apakah diri ini memenuhi kualifikasi istri yang baik? Oleh karena itu, saya harus lebih banyak lagi membenahi diri dan melakukan banyak hal sebelum saat itu datang, insya Allah. Wallahu a’lam bis showab.